Minggu, 07 September 2014

Cerpen Bahasa Indonesia: Karena Cinta Bisa Kadaluarsa

Nama ku Risma, seorang siswi SMP yang masih duduk di bangku kelas 2. Masa SMP, mungkin masa itu adalah masa dimana kita gemar melakukan hal – hal bodoh dan tidak rasional, bahkan semua hal yang dapat mengundang masalah. Dan pada suatu hari
“Eh ris, ke kantin yuk”, Ajak teman-teman ku. “Ayo, tapi tunggu teman-teman yang lain” jawab ku singkat.
Saat bel istirahat berbunyi, kami selalu terburu-buru menuju kantin, bahkan terkadang kami sudah berada di kantin sebelum waktu istirahat. Saat itu aku dan teman-teman ku memang tergolong anak-anak yang nakal, kami di kenal sebagai seorang gangsters. Padahal tidak, pada kenyataan nya kami hanyalah sekelompok teman yang memiliki banyak kesamaan sehingga kemana pun kami pergi kami selalu bersama. Kenakalan yang kami perbuat hanya lah sebuah keisengan semata dan kami tidak pernah berniat untuk menyakiti dan merugikan orang lain. Hingga kami sudah beberapa kali di panggil untuk datang ke ruang BK. Namun hal itu tidak pernah membuat kami berhenti, kami selalu melakukan hal-hal konyol yang membuat guru-guru di sekolah menjadi jengkel, namun hal tersebut masih berada di bawah batas kenakalan sehingga hal tersebut tidak membuat orang tua kami harus di panggil ke sekolah.
Ketika waktu telah berlalu, bangku kelas VIII pun kami tinggalkan dan kami siap menerima kelas dan teman yang baru pula. Air mata menghiasi pipi ketika kami belum siap berpisah. Namun air mata itu seakan menjadi danau di musim kemarau. Air mata itu hilang ketika kami mulai merasakan kebahagiaan dengan teman kelas yang baru.
“Eh kalian so sweet banget sih”, celoteh ku ketika melihat Rizky dan Audi yang sedang bercanda, mereka adalah pasangan yang terjerat cinta lokasi di kelas baru ini.
“Apa sih kamu, envy ya?”, jawab Rizky dengan sedikit tertawa.
“Ih ngapain envy sama orang kayak kamu”, balasku sambil meninggalkan mereka berdua.
Aku dan Rizky memang teman dekat, meskipun kami juga baru kenal di kelas 11. Kedekatan kami bagai Tom and Jerry yang sering bertengkar tapi saling membutuhkan. Sudah hampir 1 tahun kami duduk di bangku kelas IX, dan kami semakin dekat.
“Eh, ngelamun aja?”, kata-kata yang keluar dari mulutku membuatnya tersadar dari lamunan siang hari milik nya.
“Ngagetin aja, iya lagi banyak pikiran”.
“Emang lagi mikirin apa? Audi ya? Kayaknya akhir-akhir ini kalian agak renggang”, pertanyaan yang aku layangkan sesuai dengan kenyataan yang aku lihat, Audi memang terlihat berubah, tidak lama setelah dia kembali dekat dengan mantan pacarnya di kelas VIII dulu.
“Iya, emang kayaknya semua udah berubah. Biarin aja dia pergi. Kamu juga tau alasannya kan” jawabnya dengan santai.
“Iya aku juga tahu, udah lah sabar aja. Gak usah terlalu di pikirin”. Jawabku sok bijak karena aku ingin menghiburnya.

Kelas IX tidak membuat ku dan teman-teman sepermainan ku berubah, kami masih tetap menjadi segerombol anak nakal yang suka mencari masalah. Namun tidak setelah aku merasa bahwa aku harus berubah menjadi lebih baik karena seseorang yang aku suka. Dia “Rizky”, ya aku menyukai nya. Seiring waktu berlalu, aku mulai berubah menjadi lebih baik dan tidak lagi mengikuti perbuatan sekelompok teman ku yang gila dan nakal.
“Eh Ris, udah taubat ya? Pasti gara-gara si Rizky”, Tanya salah seorang teman ku.
“Gak tuh, pengen berubah aja”, Jawabku singkat.
“Udah sana cepet jadian, si Rizky suka loh sama kamu”.
“Emang iya? Kata siapa”, Tanyaku heran.
“Kamu kira aku bohong, Rizky sendiri yang bilang ke aku”, Jawabnya dengan muka serius.
Mendengar hal itu aku langsung tersipu malu, maklum saat itu aku masih “alay”, jadi mudah sekali untuk salah tingkah.

Waktu semakin berlalu, kelas IX akan segera berakhir, dan di saat itu lah aku memulai cerita baru dengan Rizky. Namun kebersamaan kami hanya sebentar karena kami sudah harus berpisah. Dia pergi jauh ke sudut Selatan, dan aku pergi jauh ke sudut Utara. Hampir setengah tahun kami berpisah, namun kami masih tetap bersama meskipun jarak memisahkan, Ia yakin bahwa kami akan terus bersama sampai kapan pun. Sama hal nya dengan aku yang yakin bahwa aku akan tetap ada disampingnya sampai kapan pun, dan aku berharap dia akan menjadi yang terakhir untuk ku.


Namun sesuatu mengubah segalanya, sesuatu yang membuat ku jenuh dengan Rizky, sesuatu yang mendorong ku untuk meninggalkan nya. Ketika hampir 1 tahun kami bersama, aku mulai meninggalkannya, aku tidak mau menyakiti hati seseorang yang pernah aku suka, jadi aku mencari alasan yang paling logis dan rasional agar dia tidak pernah membenci ku. Alasan tersebut aku gunakan bukan sekedar karena ingin menjaga perasaan nya, tapi saat itu aku memang ingin menfokuskan diri dan fikiran pada pendidikan ku.
Sikap nya yang berlebihan membuat ku semakin jenuh, ocehan tidak penting nya di beberapa sosial media membuat ku merasa jengkel, di tambah lagi ocehan itu seperti di tujukan pada ku, ya dia masih mengejarku. Karena aku bukanlah tipe orang yang sangat sabar, suatu hari aku mengatakan sesuatu yang membuat dia sadar bahwa aku sudah benar-benar berubah, aku melakukannya dan berharap dia memahami keadaanku saat ini. Namun satu yang aku sesali, saat aku mengatakan nya, aku sama sekali tidak memikirkan perasaan nya. Aku berharap di tidak akan pernah menyimpan rasa dendam atas apa yang telah aku lakukan kepadanya.
Dan cerita ku dengan Rizky, aku yakin hal itu terjadi karena “Cinta memang bisa kadaluarsa”, waktu dimana kamu tiba-tiba merasa bosan tanpa sebab apapun kepada seseorang.

Selanjutnya, aku berjanji aku akan lebih berhati-hati dalam malakukan semua hal dalam hidupku, termasuk tidak mudah untuk menyukai seseorang karena aku takut akan menyakiti seseorang untuk yang ke dua kali nya.